Just One Day - Gak Akan Pernah Cukup

source available here
 Ditinggal pas lagi sayang-sayangnya emang gak pernah enak. Apalagi udahlah ditinggal, gak dikasih penjelasan apapun pula.
---

It is my fault for not write anything here, since Tumblr looks perfect to me in my hectic. But please don't get it wrong, I just have some problem with this page. Some cookies trapped me and I don't know how to make it right. Well, thanks Bobby to make it live again!

Saya menikmati hidup dengan sangat normal seperti biasanya sejak terakhir kali menulis. Well, it was exactly a year ago since I post my thought here. Cukup banyak hal keren terjadi dan pengalaman-pengalaman seru (walau kadang ada gak serunya) yang saya lewati. Sekiranya kamu ingin bermain-main dirumah baru saya di Tumblr, sila cari "Veroblandine on tumblr" di mesin pencari Google. You will get what you want.

But now, ada sebuah alasan yang membuat saya kembali. Sesuatu yang terus memanggil dengan kenangan-kenangan indah. Memang tak akan pernah mungkin kita selamanya berlari dari kenangan, bukan? Alasannya adalah Gayle Forman. Wait, what? Gayle Forman. The writer.

Beberapa buku yang debut miliknya adalah Leave Me, If I Stay, dan Where She Went. Saya pribadi menyukainya semenjak If I stay difilm-kan di Indonesia. Well, that's amazing! Saya yang tidak terlalu suka dengan jalur cerita manja dan sedih seolah teriris, tercabik, sekaligus kesal dengan cara Forman berpikir melalui tulisan-tulisannya.

Kali ini saya akan menulis tentang ketiga buku series Gayle Forman yang berhasil membuat saya tidak bisa tidur berhari-hari karena menunggu kiriman yang selalu terlambat datang dari sebuah toko buku. If only you know how much I starve to read them.

I Don't Believe In Destiny

Pernah gak accidently meeting some-random-people and you were not notice 'em but glanced for a while, and looooooong way after that meetings, you've found yourself on 'theirs' circle? I have done with it for almost a couple's couple dozens times. It is something more than Deja Vu, and I have no idea for this at all.

Saya gak pernah menyayangkan pertemuan atau menyesali perpisahan. I have to admit, semua itu udah diatur Tuhan dengan ngasih kita pilihan dalam hidup. I don't believe in destiny. Buat saya, nasib itu depends on pilihan yang kita ambil dan cara kita menyikapinya. Tapi kadang, harus diakui, saya sangat amat terkagum-kagum dengan kuasaNya yang bisa bikin hal kecil jadi something beyond human expectation. Permasalahannya cuma satu, kita seringkali mensyukurinya dengan "Wah, gak nyangka ya.." tanpa diikuti kalimat syukur lainnya.

Seminggu terakhir, saya dikejutkan dengan beberapa orang yang tiba-tiba masuk ke hidup saya. I'm surprised. Mereka adalah orang-orang yang saya temui bertahun-tahun sebelumnya dan sekarang mendapat peranan penting dalam hidup saya. Kadang saya geli sama perasaan dan daya ingat saya yang pengen nyadarin mereka kalo 'kita pernah ketemu lohhhh!', tapi ya karna anaknya gengsi abis, selalu ga pernah keucap.

For example, salah seorang rekan kerja duluuu banget. Kita sering ketemu di kantin kantor dan ngerokok bareng di Smoking Area. Ngobrol banyak hal sebagai karyawan, sampe segala unek-unek dikeluarin. Bahkan, pernah sekali saya kesulitan mencari tempat kos yang dekat dengan kantor, dan karena bantuannya, saya se-kos dengannya. Cowok yang baik, enak diajak ngomong, wawasan luaaas banget, gimana ga bikin hati berdebar. Walau saya tau he's taken already, tetep saya bodo amat dan menikmati perasaan kagum saat itu. Until one day in my balcon, kita bertukar cerita tentang kehidupan religius kita. Saat dia sebut nama Gerejanya dan bercerita banyak hal tentang pengalaman religiusnya. I'm totally surprised. I just realize that I've looking for him for soooooo many years. Dialah pria yang punggungnya saya liatin tiap ibadah di Gereja itu, yang selalu saya ikutin dengan pelan waktu ngambil komuni bahkan yang sempet saya kepoin tapi harus hopeless karena dia bukan anak OMK rupanya. Tuhan punya cara buat pertemuan dan perpisahan.

Kejadian itu sering banget saya dapati dalam kehidupan saya. Terutama seminggu belakangan, entah itu orang yang saya temui di pusat perbelanjaan bertahun tahun lalu, orang yang pernah membantu saya waktu ban bocor di tol, kakak tingkat yang gak sengaja ospek saya waktu masih Mahasiswa Baru, cowo cakep yang rupanya anak guru SD saya (dan pernah saya gendong waktu itu, dia lebih muda beberapa taun dari saya), hingga seorang teman dari jaman KinderGarten (padahal saya belum di Indonesia saat itu).

Sebut ini sebagai sebuah kebetulan. Tapi apakah 'kebetulan' itu tak turut direncanakan oleh Tuhan?

I'm feeling so blessed and so peaceful in His. Don't you?