Saat
harus diminta untuk mendeskripsikan kota tempat tinggal sekarang, apa yang bisa
saya katakan? Saya terlalu mencintai kota ini, hingga tak mampu mencari kata
yang sanggup merepresentasikannya. Bandung, bukan kota besar, bukan pula kota
kecil. Bandung adalah cukup. Cukup menjadi tempat belajar, tempat hidup, tempat
mencari nafkah dan menghidupi diri sendiri, dan cukup mampu menjadi idaman
semua orang. Siapa yang rela meninggalkan keindahan yang ditawarkan Bandung?
Pagi yang sejuk, siang yang riuh, sore yang merdu, hingga malam yang romantis.
Bandung memang kota sejuta cerita.
Dari
sinilah cerita saya berangkat. Sebagai gadis kelahiran Bandung, saya belum
pernah menikmati kota ini secara sadar. Minggu ke empat setelah lahir di
Maskumambang, saya diterbangkan ke Utrecht dan hidup disana selama beberapa
tahun. Sekembalinya ke Indonesia, saya menikmati udara dan keriuhan yang
ditawarkan ibu kota, dan beberapa kota lainnya. Hingga 2012 saya kembali ke
Bandung, kota kembang, kota Paris van Java, kota sejuta cerita.
Saya
sering membaca beberapa novel sejak duduk di bangku Primary School. Sejak itu
saya mencintai malam, semua hal yang terjadi di malam hari dan segala keindahan
bulan dengan hiasan bintang nan indah. Saya sangat mengagumi malam. Lalu apakah
yang membuat saya mencintai Bandung? Apa yang membedakan Bandung dengan kota
lainnya? Apakah cerita yang ditawarkan Bandung untuk saya?
URANG
BANDUNG MAH SOMEAH. Merupakan salah satu alasan utama saya untuk memilih
Bandung. Dalam bahasa Sunda, Someah
berarti ramah. Dan benar, orang-orang Bandung itu ramah. Coba saja datang ke
Bandung, hal pertama yang anda dengar adalah kata “punten” dan hebatnya, kata
itu nyaris ada disetiap perbincangan. Berbeda dengan beberapa kota besar
lainnya, anda tidak perlu takut ditipu arah di Bandung. Keakraban dan
kehangatan masyarakat Bandung membuat seisi kota terasa hangat, apalagi
Walikota yang sekarang menjabat (Ridwan Kamil) terasa sangat dekat dengan
rakyatnya. Saya, belum pernah tinggal di kota sehebat Bandung selama hidup saya.
MAKANANNYA.
Lalapan! Orang Bandung terkenal sebagai penikmat lalapan, dan hampir disetiap
warung makan tersedia lalapan. Lalapan yang nantinya anda temukan biasanya
Kacang Panjang, Terung Hijau, Mentimun, Daun Selada, dan Kemangi. Tak lupa,
segala lalapan itu harus disantap dengan sambal terasi khas sunda. Berbagai
macam makanan pun disingkat-singkat bahasanya sehingga menjadi Trend sendiri dikota beriklim sejuk ini.
Sebut saja Cilok (Aci dicolok), Cireng (Aci digoreng), Cimol (Aci digemol), Gehu (Toge tahu), dan beberapa
makanan lain. Ini adalah jajanan sunda yang masih ada hingga sekarang.
Kehangatan dan rasa solidaritas masyarakat ini membuat Negeri Parahyangan
tumbuh dengan kebanggaan luar biasa. Tak ada satupun yang bisa mengganti budaya
kental sunda ini, tak ada satupun yang mampu membeli kehangatan ini.
PERSIB.
Serius? Iya! Saya bukan penikmat permainan sepak bola, walaupun saya gemar
mengikuti pertandingan Liverpool. Persib adalah salah satu grup sepak bola
besukan Bumi Siliwangi. Sebenarnya ada beberapa grup lagi, namun legenda si
Maung ini memang sangat kental di Bandung. Sebut saja Viking. Panggilan untuk
penggemar si Biru ini. Saya yang kebetulan mengendarai mobil berplat Jakarta,
sering kali merasa was-was untuk berkeliaran di Bandung. Kenapa? Tentu saja
karena legenda Persib dan Persija yang jelas sudah menjadi rahasia umum bagi
semua pecinta sepak bola. Walaupun tidak menggemari permainan anak laki-laki
ini, tapi saya kagum dengan Persib. Apalagi tahun 2014, Persib kembali menang
dalam liga Indonesia. Tentu saja. Dengan dukungan sang Walikota hebat, kang
Emil. Bahkan, kang Emil pernah memasang spanduk bertuliskan, “Walikota hebat
adalah walikotaa yang bisa membawa Persib kembali menang!”. Bandung memang
ajaib!
SEJARAHNYA.
Wah apalagi ini. Ini adalah salah satu hal yang membuat saya tidak
habis-habisnya berdecak kagum dengan Bandung. Keputusan Bandung memilih untuk
mempertahankan bangunan-bangunan bersejarah memang menjadi daya tarik sendiri
untuk saya. Saya mungkin tidak begitu mencintai Fotografi, tapi paling tidak
saya mencintai atmosfir tempo doeloe yang disajikan secara gamblang oleh kota
hebat ini. Gedung sate, gedung isola, taman babakan siliwangi, jalan braga,
konferensi museum asia afrika, dan lainnya. Banyak sekali sejarah yang
tersimpan di setiap sudut kota Bandung. Anda bahkan tidak bisa mengelilingi
semuanya dalam sebulan! Saya menikmati setengah sejarah di Bandung dalam waktu
setahun. Bayangkan saja berapa banyak kenikmatan sejarah yang dimiliki kota
kreatif ini.
MALAM.
Ya! Mungkin bagian terakhir ini agak sedikit subjektif karena alasan mengapa
saya sangat menyukai malam adalah personal. Namun, dari semua malam dan semua
sudut yang menghantar saya menyambut bulan, Bandung adalah kota dengan jarak
pandang terbaik. Saya tidak mengerti mengapa malam di Bandung sungguh berbeda
dengan malam di beberapa kota lain. Apalagi setelah hujan, jalanan basah
disinari lampu jalan yang terbias kesana kemari, udara yang dingin memeluk
mesra, bus bandros yang hilir mudik, dan tentunya cahaya bulan yang menemani.
Ada satu tempat dengan sudut pandang terbaik dikota ini. Hanya warung kopi
kecil dengan gaya arsitektur ala Belanda, ringan tapi tak membosankan. Saya
sering menikmati poin “Malam” ini disana. Tempat terbaik yang pernah ada,
sayang warung kopi ini hanya beroperasi hinggal pukul 10 malam. Anda penasaran?
Maaf, tak sembarang orang saya perkenalkan pada tempat rahasia ini. Tempat yang
hanya diperuntukkan untuk pecinta malam dan pengagum bulan. Maaf.
Itulah
sedikit cerita saya kali ini tentang Bandung. Entah ini mampu menggugah batin
anda untuk mengunjungi tempat ini, atau justru merasa cerita ini tidak terlalu
penting. Tak apa! Setidaknya mengertilah satu hal, anda tidak akan mampu
menemukan sudut terbaik untuk menikmati malam kalau tidak menghadap Bandung.
Dan ya! Barangkali sedang di Bandung atau ingin bertamasya menikmati “surga”
ini, silakan hubungi saya di kotak komentar dibawah! Terima kasih.
Salam,
Pecinta
Malam, Pengagum Bulan, Penikmat Senja, Pelipur Lara.
Tambahan...Itu..."Neng Geulisnya" kayaknya juga sudah menasional deh. xD
Secara pribadi sih, yang saya suka dari Bandung itu kekreatifannya. di sana seolah ada aturan, gak kreatif gak hidup. O_o