DITAMPAR TUHAN



So it's about Jesus and His grace…

Buat anda yang merasa tidak seharusnya membaca postingan ini, silakan klik tanda (X) di tab browsernya. Saya tidak memaksa.

Postingan ini entah kenapa meneriaki saya untuk segera di publish dan membagikan kasih suka cita kepada anda. Sifatnya umum dan tidak hanya untuk kalangan pribadi. Saya hanya ingin menceritakan sedikit "Perpanjangan Tangan Tuhan" dalam hidup saya. Mungkin ini akan terbagi dalam beberapa chapter, tapi mungkin saja ini akan terus berlanjut dan menjadi wadah saya untuk bersaksi tentang Kasih-Nya. Saya memang tidak terlalu pintar dalam hal ini, dan blog hanyalah tempat saya untuk mencurahkan aspirasi. Bukan kebelet eksis. Tapi ya kalau tiba-tiba saya eksis, itu sih bonus.

Seperti banyak cerita lainnya, cerita kali ini juga punya awal pembuka. Untuk chapter awal ini, saya memilih Perkenalan Saya dengan-Nya yang sering saya sebut dalam doa. Jesus.

Saya terlahir dari sepasang orangtua yang hidup dalam ketakutan akan Allah. Namun, hal itu bukan berarti saya pasti langung mengenal Allah. Saya secara sadar dan telah mengerti penuh dikenalkan ke Allah pada saat saya berumur 4 tahun lebih. Atau lebih tepatnya saat saya kembali ke Indonesia untuk tinggal bersama dengan orangtua. Mami adalah guru sekolah minggu di sebuah gereja besar kawasan Jakarta Selatan. Saya diajaknya sekolah minggu dan dikenalkan ke Bapa sejak saat itu. Saya masih ingat saat mami meminta saya untuk memejamkan mata dan berdoa.


"Tutup mata saat berdoa, karena Tuhan melihat setiap anak yang berdoa.." begitu katanya. 

Spontan saya selalu menutup mata dan sekali-kali mengintip saat berdoa. Saya ingin melihat Jesus. Kata mami, Jesus itu ganteng, rambutnya panjang, matanya coklat, yaaa.. kalau anda pernah menonton The Passion Of The Christ, seperti itulah gambaran mami tentang Jesus pada saya. Saat saya berumur 4 tahun. Dan itu berjalan beberapa tahun sampai akhirnya saya diberitau abang kalau semua itu tidak benar. Sakit hati? Marah sama mami? Tidak! Saya justru ingin tau lebih banyak tentang Tuhan. Saya lalu aktif di beberapa kegiatan di Gereja. Memang, gereja saya berpindah-pindah karena saya juga berpindah-pindah. Tapi SMA kelas 2. Merupakan cambukan untuk saya.

Kecelakaan hebat itu menyadarkan saya tentang betapa baik dan besarnya kasih Tuhan untuk saya. Bandulan salib di kalung saya bahkan hilang sampai sekarang, namun kalungnya masih terikat kencang di leher. Saya benar-benar tak sanggup membayangkan bagaimana hancurnya wajah dan beberapa anggota tubuh saya yang lain saat itu. Melihat kembali fotonya saja, saya enggan. Itu adalah teguran ter-keras yang pernah Tuhan beri untuk saya. Saya mengenal dia, ya.. sekarang saya sungguh ingin mengenal dia.

Apakah semua orang percaya harus ditegur dengan teguran keras terlebih dahulu? Atau memang manusia yang terlalu enggan untuk berkomitmen hidup bersama Tuhan? Well, I don't know either. Yang saya tahu, itu adalah cara Tuhan menyadarkan saya. Lalu bagaimana caranya mengenal Tuhan setelah kecelakaan itu? Ya! Saya mengalama banyak fase yang cukup membuat trauma. Kenyataan bahwa saya harus menjalani operasi plastik di beberapa bagian tubuh dan terapi sana-sini yang cukup membebankan. Saya cuti selama sebulan dari sekolah saya yang bertaraf Internasional dengan kelas Science. Anda mungkin bisa bayangkan betapa sedihnya saya saat itu. Pemulihan fisik tak sesakit pemulihan hati. Karena beberapa luka di tubuh yang membuat saya malu. Saya dan keluarga sempat memutuskan untuk menjalani studi Home Schooling. Segala persyaratan sudah dipersiapkan. Namun, disitu Tuhan bertindak.

Ia menyiapkan seseorang yang sempat saya sepelekan kehadirannya. Orang itu menyemangati saya, menyadarkan saya, menjenguk saya setiap saat, bahkan meminta saya untuk Gereja. Dia tak terlalu banyak menghabiskan waktu bersama saya, tapi melihat namanya di layar HP saja kadang sudah menjadi kebahagiaan yang amat sangat pada waktu itu. Saya jadi menyesal telah beberapa kali menyalahkan Tuhan atas kejadian naas yang menimpa saya. Saya merasa mulai mengenal Tuhan sejak itu. Saya banyak berbincang dengannya tentang Mukjizat, ia tak terlalu dewasa. Tapi sampai sekarang, saya masih ingat kalimatnya yang menguatkan saya.


"Allah selalu ada, dimanapun kita berada. Kenapa kita harus cemas dengan masa depan? Kalau Tuhan saja sudah rela mati di kayu salib untuk menyelamatkan kita. Apa hidup itu adalah soal Uang, Harta, Karir, atau status sosial? Hanya akan mendekatkan diri pada Tuhan hanya apabila merasa umurmu tak lama lagi?"

Terima kasih banyak buat kamu yang sudah menyadarkan dan mengenalkan (lagi) saya dengan Tuhan.

Maafkan bila selama ini saya mungkin banyak menyusahkan. Tapi ketahuilah, I will never ever forget about you since the first day that we met.

 

LOVE,
ME

11 Responses so far.

  1. nda-chan says:

    Walaupun beda keyakinan, tapi post ini ngena di aku! Ah momski :(

  2. Oh, ini yg cello-cello di bbm itu :/
    Ohhh ~

  3. Unknown says:

    Haha apa dinski?? Mau dipeluk? Cinih cini :)

  4. Unknown says:

    wkw apeluuu? kepo ye? tjieee tjie kepo..

    *lalu digaplok*

  5. Kunjungan pertama ke sini dan langsung pengin \:"D/
    Bener kata komen di atas, walaupun beda keyakinan, tulisan ini tetap ngena di gue. :))
    Salam kenal yaa.

  6. halo, cellosss.
    Human atau All Of Me nih?
    :*

  7. Samuel says:

    Ngerasa gimana gitu bacanya yah, mungkin punya keadaan yang sama (sebelum kamu sadar), mungkin itu saat ini posisiku :(:/
    tapi mencoba untuk lebih dekat

  8. Unknown says:

    Wah terimakasih untuk kunjungannyaaaaa :)
    Puji Tuhan deh kalo emang bener ngena. Cuma mau berbagi cerita aja tentang anugrah Tuhan biar gak salah jalan :p

  9. Unknown says:

    Kali ini sih human aja deh :p

  10. Unknown says:

    Hi Sam!! Iya? Beneran? Ayo dong lebih deket sama Tuhan. Udah dikasih kesempatan hidup dan anugrah yang begitu melimpah, masih mau jauh dari Tuhan? Jangan sampai Tuhan lupa sama kamu loh :)

  11. Samuel says:

    Sedang menuju, kak