PR is NOT MARKETING !!

Sebuah pilihan memang memiliki tingkat relatifitas yang sedikit susah untuk dijelaskan dengan kata-kata. Apalagi dengan adanya ilmu retorika dalam dunia komunikasi yang seolah membutakan dunia tentang “poin tambahan” dari komunikasi itu sendiri. Beberapa orang bahkan kerap menyamakan definisi retorika sebagai satu-satunya kegunaan komunikasi. Entah mungkin karena kesederhanaan “komunikasi” atau mereka yang belum mengerti tentang bagaimana seluk beluk dunia komunikasi.

Saya beruntung mendapatkan kesempatan menjadi salah satu mahasiswa komunikasi di perguruan tinggi negeri Bandung, Jawa Barat. Konsentrasi yang saya pilih adalah Public Relation. Jangan salah, apa yang kamu pikirkan gak jauh berbeda dengan yang orangtua saya pikirkan.


“Komunikasi?”
“Public Relation?”
“Mami capek bayar uang sekolah selama ini cuma buat masuk fikom?”
“Semua piala dan sertifikat lomba robot, fisika, kimia, mau dikemanain kak?”
“Tau gak sih komunikasi itu jurusannya anak-anak pemalas?”
“Kakak mau jadi apa kalo ngambil komunikasi?”

and so on..

Mami memang sangat tidak setuju dengan keputusan saya mengambil komunikasi sebagai bekal masa depan. Apalagi komunikasi identik dengan mahasiswa/i gila gaya, borjuis, males ngampus, hidup dengan segala kemajuan teknologi, dan banyak hal negatif lainnya yang orang pikirkan tentang komunikasi.

Hal ini membuat saya tergelitik untuk berbagi pengalaman. Apalagi, saya tidak hanya bergelar mahasiswa, namun juga sebagai salah satu karyawan swasta yang berhasil “dianggap” karena kepiawaiannya berkomunikasi. Namun kali ini, saya akan banyak bercerita tentang perbedaan Public Relation dan Marketing. Banyak yang masih mengira kedua hal ini adalah sama lho. Padahal, dilihat dari segi apapun, perbedaannya cukup mencolok.

Mari bahas tentang Public Relation. Di Indonesia, Public Relation itu dikenal sebagai Humas (Hubungan Masyarakat) yang notabene jauh berbeda dengan Marketing (Pemasaran). Fungsi dasar seorang humas adalah membentuk citra dan persepsi khalayak. Sementara marketing, memasarkan produk pada khalayak. Sebuah perusahaan tidak akan pernah berhasil menjual produknya bila tidak memiliki Humas dan Permasaran yang baik. Dan seorang marketing (atau selanjutnya akan kita sebut Sales) tidak mungkin berhasil apabila perusahaannya belum diberi “citra” dimata masyarakat. Dalam kasus ini, beberapa perusahaan yang minim budget akan merekrut SDM yang dinilai mampu berperan double, ya.. sebagai Humas dan Sales tentunya. Tapi, dengan alasan apapun itu, saya sangat kurang setuju. Karena humas dan sales, jelas tidak memiliki hubungan yang bisa disatukan. Semacam hubungan kamu dan aku. AH! Salah fokus.

Seorang humas, tak mungkin mampu menjual produknya. Setidaknya, menurut saya pasti lebih baik bila SDM diberi jobdesk yang sesuai dengan kemampuannya. Yang penting sih jangan ada istilah, “Aku tau jalan hidup kita beda, tapi boleh kan kita jalani hidup bersama?” GROOOAAARRR, semaking tidak fokus. Maapin
kalo sering kepencet masalah hati, maklum hati juga pengen mencet-mencet biar ga terus-terusan di pencet. Eh?

Simplenya, seorang humas bertugas untuk meyakinkan khalayak tentang perusahaannya. Membangun imej positif tentang perusahaannya, atau bahkan dirinya sendiri. Itu salah satu alasan kenapa ada yang namanya Personal Branding di dunia psikologi. Sadar atau tidak, kita sebagai manusia juga merupakan humas untuk diri kita sendiri. Kita bisa mengatur bagaimana cara orang lain melihat kita, atau bagaimana kita ingin menampilkan diri kita di mata orang lain. Sementara sales, bertugas untuk meyakinkan pembeli tentang produknya. Tujuan akhir seorang sales adalah hingga produknya laku terjual. Sementara seorang humas, menjaga nama baik perusahaannya. Sifat pekerjaan sales itu hanya sampai produknya laku, sementara humas, tidak. Seorang humas dikatakan berhasil apabila khayalak memberikan dampak positif tentang perusahannya. Dan pekerjaan seorang humas adalah pekerjaan long-term loh. Makanya, banyak perusahaan yang berusaha memberikan pelayanan terbaik (membayar mahal) pada humas andalan mereka demi kemajuan perusahaan. Sementara sales, banyak perusahaan yang dengan gampangnya mengganti SDM mereka apabila tidak mencapai target yang ditentukan.

Nah gimana, setelah penjelasan sedikit panjang diatas, apa kamu sudah mengerti perbedaan antara humas dan sales? Atau kamu masih berpikir kuliah komunikasi itu menyenangkan? Saya mungkin bukan pakar dari dunia komunikasi, tapi kalau ada pertanyaan dan bisa saya jawab, dengan senang hati pasti akan saya jawab.

p.s ini adalah postingan pertama saya tentang diri sendiri (anak komunikasi), berusaha sok pinter sebenernya, tapi kayaknya gagal pencitraan. Terlalu banyak yang mengatakan saya “orang yang serius” padahal saya masih sering galau. HAH-in aja ya. Anyway, silahkan comment!!

20 Responses so far.

  1. Hmmm. Oke, nambah pengetahuan lagi buat gue. Makasih, Cello.
    Mau dong di PR-in... Uhuk! :D

  2. hawadys says:

    "HAH" tuh udah.

    Public Relation yang gak pake "-ship" itu, juga berhubungan dengan Desain Komunikasi Visual nggak Kak? yah misal menjadi konsultan untuk memberikan kalimat apa yang pantas dituliskan pada suatu merk?

  3. Unknown says:

    Teori ah,, yang pasti anak PR terkenal cantik2, #ehem #uhuk .. bahkan cowoknya juga, hahaha.. #hoek

  4. Nah iya bisa bentuk citra perusahaan di mata pasar itu penting. Sama seperti suksesnya Pepsodent di dunia perodolan. Orang lebih kenal pepsodent ketimbang odolnya hehe

  5. Hahaha intinya: PR itu si pembangun citra sementara Marketing tujuannya murni meraup omzet ya.

  6. Unknown says:

    Sama sama kak.. Tumben ngomongnya rada manis, abis minum coklat ya? Jadi kangen.. coklat.

  7. Unknown says:

    How! Haw! Ah ribet manggil lu, hawadis hahaha.

    Public Relation sama Public Relationship itu sama aja, sama sama gak ada hubungan sama DKV. DKV itu lebih ke Marketing Content. Jadi intinya, lo membuat orang tertarik dan membeli barang lo melalui visual barang tersebut. Soal nama merk, itu sepenuhnya hak si empunya bisnis. Disini anggaplah si empunya bisnis ngobrol sama marketingnya, nah PR justru harus membuat merk itu jadi dikenal khalayak.

    Banyak hal sih yang mirip-mirip. PR, Advertising, Marketing, Marketing Content. Mereka sama sama beda fungsi, jadi jelas kan kalo Komunikasi itu gak "segampang" yang orang bilang? Hahaha. Well, thank you for coming!

  8. Unknown says:

    Hahaha gue cantik dong? Makasih ya qaq..

  9. Unknown says:

    Iyesssssshhh!!!! That's what I'm talking about!

    Senengnya ada yang ngeh hahaha

  10. Unknown says:

    Yap! Bahasa santainya sih gitu kak. Beda kan..

  11. hawadys says:

    ...dan sepertinya, kemampuan PR ini akan semakin diperlukan. Bahkan kalo perlu dibuatkan tempat kursus, atau jurusan khusus di sekolah. #MelihatZamanOrangYangHanyaMemandangLayarBukanSekitar

  12. Tapi kuliah PR itu keliatan nyantai, bener ga sih? Kayaknya gue salah jurusan gue.

  13. Ada lagi , lebih seering nyebut "beli Aqua" dbanding, beli nesle atau brand yg lain.
    Naij "Honda" pdahal mtry yamaha.haha

  14. Unknown says:

    Emang jurusan lo apa?

    Kuliahnya keliatan doang nyantai. Padahal tugas dari dosen bener bener ga berprikemahasiswaan. Lo diwajibkan baca dan menganalisa seluruh isi koran setiap harinya. Dan tentunya, mengatur strategi untuk menaikkan nama perusahaan lo.

    Susaaaaaaaah bro!!! hahaha

  15. Unknown says:

    Yaps! Tuh kan, udah ngerti ya peranan PR. Intinya itu beda sama marketing. Kalo marketing kan jualan prodak, kalo PR bikin prodak itu beken.. keren... kece gitu..

  16. hawadys says:

    Masa iya harus komen di sini mulu. *nyindir biar diupdate* *kalo bisa sekalian biar ditawarin kue*

  17. Unknown says:

    Celooo mah tulisannya keren sekarang. Makin dewasa ajaa, nggak rugi gue main ke blognya celooosss..

  18. Unknown says:

    Yap! Setuju sama How Haw! Ntar gue deh yang bikinin kursusnya yak ahahaha

  19. Unknown says:

    Hahaha mantengin terus ya! Sorry lama update. Sibuk kerjaan sama ngampus nih tugas PR bikin pusyiiiing hahaha

  20. Unknown says:

    Wah kedatangan artis nih. Thank you, Wangga! Hahaha. Blog lo lebih kece! Apalagi video di Instagramnya. Hidup Balividgram!!!!