#FAQ : Anak PR, Katanya...

Lagi-lagi ingin bercerita tentang dunia kampus yang makin kesini makin bikin males. Bukan karena kampusnya, tapi karena tugasnya. Kalau postingan sebelumnya saya berbuih dengan perbedaan Public Relation (Humas)  dengan Marketing (Pemasaran), kali ini saya ingin sedikit sok pinter di konteks kehumasan sendiri.

Sebagai mahasiswi yang belum lulus dan masih duduk di semester 6, saya sudah merasakan beberapa hal penting yang harus dimiliki seorang humas. Nah, kenapa tiba-tiba saya kepikiran post tentang ini? Jadi gini, ada cukup banyak pertanyaan yang masuk ke akun askefem saya. Anak gaul ceritanya. Dan banyak dari mereka yang bertanya hal yang yang sama. Sama-sama bikin pusing pala berbi. Haha.

Bukan karena pertanyaannya, tapi jawabannya yang bener-bener bikin merenung dan menghabiskan tujuh hari, sepuluh bungkus rokok, tiga puluh lima gelas kopi susu dan delapan bungkus mie instan. Hidup anak kos. Sorry agak lama, tapi ya sekarang saya akan berusaha menjawab pertanyaan temen-temen semua. *tangan dikepalkan* *pasang pipi sinchan*

Kalo mau jadi anak PR emang harus kece dan borjuis, ci?

Jawabannya jelas, Enggak! Saya kadang sering bingung sama beberapa statement yang bilang “Harus punya modal kalau mau jadi humas”. Saya masuk kuliah di konsentrasi ini juga tidak menghabiskan modal yang banyak kok. Mungkin karena saya kuliahnya di perguruan tinggi negeri ya, tapi temen-temen yang di swasta juga ada yang bukan dari kalangan berada tapi ngambil konsentrasi ini. Mungkin biaya yang dimaksud adalah untuk penampilan, fasilitas dan penunjang sarana pendidikan, kali ya? PR itu dituntut untuk bisa mewakili sebuah perusahaan atau menciptakan citra yang baik kan. Nah untuk itu, sebenernya PR butuh banyak fasilitas agar bisa berpikir bagaimana cara terbaik untuk menciptakan citra di masyarakat tanpa harus terlihat Agenda Setting-nya. Misalnya aja, kamu mau pacaran sama seseorang yang buat ngedapetinnya aja butuh perjuangan. Tentu untuk melewati segala rintangan selama PDKT kamu harus puter otak dan buat beberapa strategi kan? Nah, kurang lebih gitu deh.

Katanya PR itu susah, kok kebanyakan anak PR ngampus aja males?
HAHAHA! Bukan males! Jadi kebanyakan tugas PR sejauh yang saya tahu itu memang tidak banyak dikampus. Seringkali dosen hanya masuk beberapa kali dalam satu semester namun, tugas yang dikasih ke mahasiswa/I satu semester juga gak selesai. Misalnya analisa opini publik, analisa konten media, analisa praktik negoisasi, analisa strategi pembangunan dan lain sebagainya. Tak hanya itu, objek yang diberikan biasanya random. Bisa jadi individu, perusahaan, bahkan LSM. Jadi kalau jarang ngeliat anak PR di kampus ya emang wajar. Buat dapetin berita dan informasi, saya harus duduk diperpustakaan berbagai universitas dan bahkan stalking Koran-koran tertentu selama beberapa periode. Lelah, dek. Kayak gitu masih disuruh ke kampus? Tikam ae tikam.

Kok anak PR cakep-cakep sih, ci?
Nih gini ya. PR itu kan tugasnya buat menciptakan citra yang baik untuk sebuah perusahaan. Bahasa kerennya kan nge-Branding perusahaan. Otomatis, apa yang kamu pakai atau kenakan juga jadi penilaian orang lain. Selama kuliah, kita seolah tanpa sadar dipaksa untuk berpenampilan menarik dan mengontrol sikap biar terbiasa dan gak kaget kalo udah terjun ke dunia kerja beneran. Tapi untuk saya pribadi sih sebenernya karena tuntutan sih. Soalnya temen-temen di kampus pada kece penampilannya, yang urakan biasanya dikatain anak Jurnalistik. Entah kenapa, ada kebanggaan tersendiri buat menyebut diri, “Hai, gue anak PR”. Gituh.

Anak PR kalo dikampus ngapain aja?
Saya? Apa anak PRnya aja nih?? Hahaha. Saya sih kalo kekampus pastinya absen dulu di mamang kantin buat ngopi-ngopi cantiks sambil nyebat (IYKWIM). Biasanya, kalo udah ada niat baru masuk kelas sih hahaha. Biasanya juga malah saya kuliahnya dikantin, yang penting absen aja. Soalnya dikelas juga jarang belajar, seringnya molor. Daripada molor kan, mending kita belajar. Dikantin. Sampai mamang kantinnya inget nama saya dan siap buat diutangin haha. Ngerjain tugasnya dikantin, kuliah dikantin, karena biasanya asdos kece dosen-dosen PR adanya di kantin. Sambil menyelam minum air, sambil ngecengin asdos ya sambil kuliah. Saya kebetulan bukan anak yang tahan belajar di kelas selama berjam-jam, lebih milih nyantai. Tapi tenang aja, tugas aman kok. Serius!

Kesan-kesannya selama ini jadi anak PR dong, ci.
Waw! Itu doang. Haha. Saya gak tau gimana ngejelasinnya. Yang pasti ada sedih, seneng, bete, bosen, bahagia, ada semua deh. Yang pasti PR itu satu-satunya konsentrasi yang menurut saya sangat amat menggunakan strategi. Jadi harus banyak baca, banyak dengar, banyak lihat, banyak peka sama semua hal yang ada disekeliling kita atau bahkan bukan di lingkungan kita. Harus bisa berpikir out of the box dan kreatif tingkat dewa. Kalau kamu gak punya itu, susah bray! PR itu teorinya dikit, banyakan praktek. Saya sih sering bilang ini konsentrasi untung-untungan. Soalnya segala kepiawaian kita dalam berkomunikasi, penampilan hingga isi otak itu harus blend. Ada pepatah yang bilang “Berpikirlah sebelum berbicara”, tapi kalo di PR itu “Berpikirlah sebelum, sambil dan setelah berbicara”. Terus. Terus dan terus berpikir. PR itu soal berpikir. Semuanya harus bisa menjadi satu tampilan yang menarik. Kalau PR nya oke, sebobrok apapun perusahaan pasti bisa bangkit lagi dan punya nama lagi. That’s all.


Nah, gimana? Masih banyak sih pertanyaan lain yang belum sempet dijawab. Harap maklum ya. Beberapa pertanyaan juga udah dijawab melalui channel youtube saya kok. Atau kepikiran buat pertanyaan lainnya? Silakan boleh mampir di kolom komentar ya! See ya!

5 Responses so far.

  1. Anonim says:

    Mentang" anak PR dirimu cloo... Tp bener sih.. Hahahhaa

  2. Hmmm..gitu.
    Nambah lagi nih info tentang anak PR.

  3. Hmmm..gitu.
    Nambah lagi nih info tentang anak PR.

  4. Unknown says:

    hahahaha bener kan ?

  5. Unknown says:

    hahahaha cie ciee :)