I Don't Believe In Destiny

Pernah gak accidently meeting some-random-people and you were not notice 'em but glanced for a while, and looooooong way after that meetings, you've found yourself on 'theirs' circle? I have done with it for almost a couple's couple dozens times. It is something more than Deja Vu, and I have no idea for this at all.

Saya gak pernah menyayangkan pertemuan atau menyesali perpisahan. I have to admit, semua itu udah diatur Tuhan dengan ngasih kita pilihan dalam hidup. I don't believe in destiny. Buat saya, nasib itu depends on pilihan yang kita ambil dan cara kita menyikapinya. Tapi kadang, harus diakui, saya sangat amat terkagum-kagum dengan kuasaNya yang bisa bikin hal kecil jadi something beyond human expectation. Permasalahannya cuma satu, kita seringkali mensyukurinya dengan "Wah, gak nyangka ya.." tanpa diikuti kalimat syukur lainnya.

Seminggu terakhir, saya dikejutkan dengan beberapa orang yang tiba-tiba masuk ke hidup saya. I'm surprised. Mereka adalah orang-orang yang saya temui bertahun-tahun sebelumnya dan sekarang mendapat peranan penting dalam hidup saya. Kadang saya geli sama perasaan dan daya ingat saya yang pengen nyadarin mereka kalo 'kita pernah ketemu lohhhh!', tapi ya karna anaknya gengsi abis, selalu ga pernah keucap.

For example, salah seorang rekan kerja duluuu banget. Kita sering ketemu di kantin kantor dan ngerokok bareng di Smoking Area. Ngobrol banyak hal sebagai karyawan, sampe segala unek-unek dikeluarin. Bahkan, pernah sekali saya kesulitan mencari tempat kos yang dekat dengan kantor, dan karena bantuannya, saya se-kos dengannya. Cowok yang baik, enak diajak ngomong, wawasan luaaas banget, gimana ga bikin hati berdebar. Walau saya tau he's taken already, tetep saya bodo amat dan menikmati perasaan kagum saat itu. Until one day in my balcon, kita bertukar cerita tentang kehidupan religius kita. Saat dia sebut nama Gerejanya dan bercerita banyak hal tentang pengalaman religiusnya. I'm totally surprised. I just realize that I've looking for him for soooooo many years. Dialah pria yang punggungnya saya liatin tiap ibadah di Gereja itu, yang selalu saya ikutin dengan pelan waktu ngambil komuni bahkan yang sempet saya kepoin tapi harus hopeless karena dia bukan anak OMK rupanya. Tuhan punya cara buat pertemuan dan perpisahan.

Kejadian itu sering banget saya dapati dalam kehidupan saya. Terutama seminggu belakangan, entah itu orang yang saya temui di pusat perbelanjaan bertahun tahun lalu, orang yang pernah membantu saya waktu ban bocor di tol, kakak tingkat yang gak sengaja ospek saya waktu masih Mahasiswa Baru, cowo cakep yang rupanya anak guru SD saya (dan pernah saya gendong waktu itu, dia lebih muda beberapa taun dari saya), hingga seorang teman dari jaman KinderGarten (padahal saya belum di Indonesia saat itu).

Sebut ini sebagai sebuah kebetulan. Tapi apakah 'kebetulan' itu tak turut direncanakan oleh Tuhan?

I'm feeling so blessed and so peaceful in His. Don't you?